Jumat, 15 Juni 2012

Cita-Cita adalah Hak Asasi



Umm, sebuah pengenalan yang kuno mungkin, jika saya mengucapkan "Hai... jumpa lagi dengan saya blablabla". Namun, hanya inilah yang bisa saya pikirkan sebagai kalimat perkenalan di blog sederhana ini, jangan di caci ya :)

Oke deh, sebelumnya saya sudah menulis sebuah artikel (yang kata bang Ananta Bangun sih lumayan kontroversial) yang berjudul "Anak sering keluyuran? Bagus donk !". Artikel itu mengulas tentang apa sih bagusnya kalau sering keluyuran Menurut sudut pandang "Anak yang Dinamis". Nah kali ini saya akan menulis satu artikel lagi nih, masih dari sudut pandang "Anak yang Dinamis", artikel saya kali ini akan membahas tentang akibat dari terlalu banyaknya campur tangan orang tua dalam kehidupan anak menggapai cita-citanya. ga usah panjang-panjang lagi, Okay, Check it Out !

Keberhasilan seorang anak dalam menjalani hidupnya, menggapai cita-citanya dan kebahagiannya adalah suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi oranng tuanya. Jelas, itulah tandanya bahwa orang tua itu memang benar-benar menyayangi anaknya dari lubuk hati yang paling dalam. Inilah sebab utama mengapa ada sangat banyak jumlah orang tua yang terlibat dalam kehidupan anaknya melebihi angka keterlibatan yang diperlukan.

Ngomong-ngomong, kalau kita ngobrol tentang tentang orang tua yang kayak begini nih, sebagian orang tua akan berkata "Kalau saya sih, saya biarin aja anak saya menentukan jalan hidupnya, kan dia yang menjalani, ya biarkan saja... tapi kalau udah mulai keluar jalur, baru saya turun tangan". Nah, orang tua yang kayak begini  nih yang benar-benar sayang sama anak nya. Ingat loh, SAYANG ITU GA BISA DIWUJUDKAN DENGAN OVER PROTECTIVE, bukannya menyayangi, over protective malah akan dinilai mengekang oleh orang lain, kalau ga percaya tanya aja ama tetangga atau teman-teman anda.

Ada yang benar-benar sayang anak, ada pula yang berpikir kalau mereka sayang, tapi ternyata tidak. "Saya ga mau anak saya gagal, makanya saya atur hidupnya kayak begini", sebagian orang tua yang over protective akan membuat alasan seperti ini. Coba kita bayangkan bersama-sama, mungkin anak anda berhasil, mungkin anak anda bisa jadi juara kelas, mungkin anak anda bisa menduduki jabatan yang tinggi bila dididik dengan cara ini, tapi apakah anak anda akan bahagia? jelas tidak, karena ini bukan dirinya. bukan kemauaanya. Ini sama saja dengan orang tua nya yang menjalani hidup dan si anak hanya boneka yang bisa diperlakukan sesuka hati.

Di lain pihak, akan ada orang tua yang berkata "Anak saya bandel, disuruh belajar aja ga mau, apalagi dibiarin aja.". Nah, pernahkah anda berfikir apa sebabnya anak anda membangkang? apa sebabnya mengapa anak anda sepertinya tidak perduli dengan masa depan?. Menurut saya sih, ada banyak faktor penyebabnya, salah satunya karena kurangnya mengertinya anak betapa pentingnya apa yang anda katakan kepadanya.

Ibu saya selalu memberikan pengertian kepada kami anak-anaknya tentang apa yang ia inginkan.  Beliau selalu menyuruh-nyuruh kami melakukan sesuatu, tapi dengan lembut dan penuh kasih sayang. sebagai contoh : "Kenapa lah kalian gak belajar-belajar nak e? kalau ga jadi orang kelen nanti karena malas kelen ini, bagus ga usah hidup aja lah mama lagi, udahlah mati-matian mama cari uang untuk kelen, nggak pula kelen berhasil, apalah gunanya mama hidup lagi." beberapa hal penting yang saya dan adik-adik saya petik dari hanya segelintir kalimat yang keluar dari mulut ibunda saya ini :
  1. Ibu saya benar-benar ingin semua anaknya berhasil
  2. Ibu saya tidak memaksa kami belajar atau melakukan sesuatu, melainkan memberi tahukan akibat dari perbuatan kami
  3. Ibu kami tidak ingin usahanya membesarkan kami kami balas dengan materi, cukup dengan kebahagiaan kami, maka beliau juga bahagia
Sungguh, maknanya sangat mendalam bagi kami, selalu menjadi motivasi kami, bahkan saat penulis menuliskan kata-kata beliau tadi, muncul rasa ingin menangis, ntah kenapa.
Point dari apa yang saya bicarakan di atas adalah : Kalau ibu saya saja yang single parent, yang tidak bisa selalu mengurusi kami karena kesibukan beliau mencari nafkah bisa memberikan suatu pengertian yang mendalam kepada kami, membiarkan kami tumbuh menurut jalan kami, tapi tetap dalam kontrolnya. kenapa anda tidak bisa? sudah selayaknya orang tua optimis dan berpikiran "Saya Bisa" untuk melakukan sesuatu yang sulit sekalipun demi buah hati yang dicintainya. Ingat, Cita-Cita dan Kehidupan adalah hak asasi, jangan anda rebut apa yang menjadi hak azasi anak anda. 

Mungkin untuk saat ini, hanya ini yang bisa saya tulis. nantikan tulisan-tulisan saya selanjutnya ya
selamat menjadi orang tua yang baik. :)

0 comments:

Posting Komentar